Kriteria Saham yang Bagus Menurut Analisis Fundamental

Kriteria Saham Yang Bagus Menurut Analisis Fundamental
Kriteria Saham Yang Bagus Menurut Analisis Fundamental

Nah, bicara soal kriteria saham yang bagus seperti apa maka ilmu seperti ini lebih tepat untuk para trader pemula yang baru mau mulai berinvestasi di sektor saham.

Berhasil tidaknya seseorang pemula dalam mempraktekkan cara bermain saham online, maka itu tidak terlepas dari ilmu dan pengalaman yang ia kumpulkan di awal memulai investasinya. Jika ia bisa banyak belajar dan terus memperbaharui teknik tradingnya maka lambat laun ia pun akan semakin mahir dalam bertransaksi saham.

Read More

Nah, berikut ini beberapa poin penting yang harus diperhatikan agar tidak salah langkah dalam melakukan investasi saham

Kriteria Saham yang Bagus Dibeli

Mungkin saja selain yang disebutkan di bawah masih ada lagi yang lainnya, tapi apa yang saya sebutkan di atas adalah yang paling lazim dijadikan tolak ukur oleh banyak analis.

Fundamentalnya Memuaskan

Bicara soal fundamental maka lebih lazim dikaitkan dengan laporan keuangan dari emiten itu sendiri. Inilah salah satu refensi utama untuk menilai baik tidaknya suatu saham.

Ada banyak hal yang bisa kita nilai dari laporan keuangan yang terbaru dari perusahaan untuk kemudian memutuskan apakah sahamnya layak invest atau tidak. Di antaranya adalah labanya naik dari periode sebelumnya.

Beberapa pakar mengungkapkan bahwa laba yang cukup adalah antara 15% hingga 20% dari total ekuitas perusahaan, dalam hal ini disebut juga dengan ROE (Return on Equity). Jika sebuah perusahaan mampu tumbuh sebanyak itu setiap periodenya maka itu bisa jadi sinyal beli yang kuat untuk para trader.

Selain itu, investor juga harus menilai rasio kas dari perusahaan berdasarkan data yang ditampilkan dari laporan keuangan tersebut. Paling tidak, rasionya antara 0,5 hingga 1 kali dari hutang lancarnya.

Kurang dari itu maka bisa dikatakan kurang aman dan kalau lebih dari itu juga dianggap kurang bagus karena perusahaan kehilangan kesempatan yang lebih besar mengembangkan bisnisnya dikarenakan terlalu banyak menyimpan dana cash.

Harganya Murah

Menilai harga wajar dari suatu saham maka diperlukan hitungan rasio yang tepat. Oleh investor beraliran value investor umumnya menggunakan dua jenis rasio saja, yaitu PBV dan PER.

PBV sendiri membandingkan antara harga saham dengan nilai buku dari perusahaan. Dan nilai buku atau book value sendiri dihitung dari nilai ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Lazimnya, menilai kriteria saham yang bagus atau harga saham yang bisa dikatakan murah kalau nilainya 1 kali atau kurang dan bila lebih dari itu maka perlu diperhatikan lagi berapa ROEnya, kalau ROEnya bisa sampai 30% maka PBV hingga 3 kali masih bisa dipertimbangkan.

Selain itu, mengetahui harga saham murah atau tidak bisa juga dengan rasio PER, yaitu rasio yang membandingkan antara harga saham dengan EPS atau Earnings per Share saham. EPS sendiri dihitung dari membagi laba bersih dengan total saham yang beredar.

Nilai yang bagus untuk PER adalah jika kurang dari 13-14 kali, bila lebih dari itu maka sebaiknya dihindari membeli sahamnya. Dan bila kurang dari itu, maka perlu diteliti lagi semua faktor terkait di dalamnya, terutama dari mana labanya dihasilkan, jangan sampai hanya dari menjual aset saja atau selisih nilai kurs.

Sektornya lagi ‘Hot’

Makna hot di sini adalah bahwa sektor dari saham tersebut sedang mendapat banyak sentiment positif dari pasar dan juga yang terkait dengan fundamentalnya, misalnya untuk saham batubara, harga batu bara sedang naik bahkan tampak terus naik dari waktu ke waktu, nah jika kondisinya seperti itu maka bisa mempertimbangkan membeli sahamnya, tentunya dengan analisa lanjutan yang lebih mendalam.

Umumnya, ada banyak jenis saham yang bila sektornya lagi lesu maka sahamnya juga tidak akan bergerak dan hanya sideway selama belum ada sentiment positif yang bisa mengangkat harganya. Contoh paling jelas adalah saham WSBP yang berada di sektor Konstruksi.

Bahkan sejak 2016 harga sahamnya hampir tidak bisa menembus lebel 560, padahal fundamentalnya tidak buruk-buruk amat, bahkan bisa dikatakan dengan kriteria saham yang bagus.

Jadi kalau menemukan saham seperti ini sebaiknya dihindari dulu biar tidak terjadi perlambatan pertumbuhan pada nilai investasi Anda.

Bukan Saham Gorengan

Salah satu ciri saham gorengan adalah votalitas harganya cukup tinggi, ia bisa naik-turun dengan cepat dan lompatan pergerakan harganya juga cukup tinggi.

Biasanya juga, saham yang fundamentalnya buruk dan kadang naik dengan tiba-tiba tanpa ada faktor yang jelas yang membuatnya bisa naik maka itu bisa jadi pertanda juga bahwa saham tersebut adalah salah satu saham gorengan.

Menurut Zulbiadi Latief di laman pribadinya analis.co.id, sering sekali mewanti-wanti para newbie untuk menghindari saham seperti ini yang bisa dibilang resikonya lebih tinggi ketimbang untung yang belum pasti yang akan didapat investor. Lebih baik pilih saham yang jelas saja, seperti saham bluechip yang harganya masih murah.

Jadi itulah kriteria saham yang bagus yang sebaiknya dipilih oleh para trader pemula jika ingin terhindar dari kerugian dan mendapat cuan yang signifikan dari investasinya.

Related posts