10 Pilihan saham untuk jangka panjang Terbaik

Saham Untuk Jangka Panjang Terbaik
Saham Untuk Jangka Panjang Terbaik

Dalam memilih saham untuk jangka panjang yang baik adalah saham dengan fundamental yang baik dan kapitalisasi pasar yang besar.

Jika Anda berencana untuk berinvestasi dalam jangka panjang dengan menahan emiten dalam waktu yang lama, maka pastikan Anda memilih perusahaan yang bukan merupakan saham spekulatif dengan rasio keuangan yang buruk.

Read More

Emiten dengan fundamental kuat diketahui masih akan terkoreksi mulai Januari 2021. Namun, kelompok saham ini juga sempat rebound seiring bangkitnya perekonomian nasional setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Saham dengan fundamental yang kuat mencakup semuanya, mulai dari barang konsumsi, pertambangan, hingga perbankan. Berbagai perusahaan raksasa masih berada di zona merah, namun berpeluang meningkat dalam jangka panjang.

Dan, dari sudut pandang fundamental, saham individu ini jelas solid, terutama komoditas. Tak hanya batu bara, nikel, timah, dan minyak sawit mentah kini melonjak sehingga berpeluang memicu kenaikan harga saham emiten.

Dalam jangka panjang, investor dapat menikmati pelemahan harga saham berkapitalisasi besar sebagai insentif untuk mulai membeli.

Perlu diingat bahwa saham-saham ini sebenarnya cukup murah jika melihat rasio price-to-earning (PE) atau price-to-book (PBV) di bawah rata-rata.

Meski dari sisi teknikal, beberapa saham individual masih menunjukkan tren penurunan, dan belum ada tanda-tanda rebound.

Di bawah ini adalah daftar rekomendasi saham untuk jangka panjang yang layak untuk dikoleksi investor.

1. ADRO

ADRO merupakan perusahaan pertambangan yang sahamnya sudah lama direkomendasikan karena tetap menjadi emiten terkemuka di sektor pertambangan. Prospeknya dinilai baik karena memiliki kemitraan yang kuat dengan importir asing.

PT Adaro Energy mencapai pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dalam enam bulan pertama tahun 2021. Menurut laporan keuangan, perusahaan membukukan laba bersih sebesar $525,67 juta, meningkat 160% dari kuartal ketiga tahun 2020 tahun-ke-tahun.

Berkat laporan keuangan yang mencolok, banyak analis merekomendasikan panggilan bullish pada saham ADRO.

2. TINS

Melihat kondisi keuangan perusahaan, tahun 2021 merupakan tahun kebangkitan industri timah. Untuk periode Januari hingga September 2021, perusahaan berhasil membukukan laba hingga Rp 649 miliar.

Angka itu jauh di atas rentang kerugian perusahaan sebesar US$350 miliar pada bulan yang sama di tahun 2020. Menurut Kontan, tren tersebut kemungkinan akan terus berlanjut mengingat beberapa pakar memperkirakan krisis energi yang melanda China dan India akan mereda pada pertengahan 2022.

Namun sayang, kepercayaan investor terhadap perusahaan tambang tersebut sepertinya tidak sesuai dengan laporan keuangan perusahaan.

Setelah naik tajam dalam dua bulan sebelumnya, saham Tiansheng terus berkontraksi hingga 30 Desember, ketika saham perusahaan timah ditutup pada 1.470 poin per saham.

3. AGII

Penjualan dan keuntungan AGII memang meningkat pada tahun 2021 karena tingginya permintaan oksigen medis di rumah sakit.

Bahkan pada September 2021, perusahaan berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan tahun-ke-tahun sebesar 31% dan pertumbuhan laba sebesar 484%.

Meskipun demikian, manajemen AGII tetap meyakini bahwa kinerja AGII akan tetap baik di tahun 20022, seiring dengan membaiknya perekonomian nasional, dan permintaan gas bumi di industri lain akan terus pulih ke level sebelum pandemi.

4. PTBA

PT Bukit Asam Tbk berjalan baik dari Januari hingga September 2021. Perusahaan tambang batu bara milik negara itu membukukan laba bersih Rp 1,77 triliun, meningkat 38,04% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 4,25 triliun. .

Jumlah ini dua kali lipat dari kuartal ketiga tahun 2020. Saat itu, perusahaan hanya membukukan laba sebesar $1,9 triliun.

Harga saham PTBA juga perlahan naik menyusul kontraksi dari Januari 2021 hingga September 2021 seiring dengan kenaikan pendapatan.

Dengan rasio harga terhadap pendapatan hanya sekitar 5-6%, saham PTBA adalah salah satu yang berkinerja terbaik dalam prospek tahun 2022.

5. BBNI

Industri perbankan merupakan salah satu industri yang diperkirakan akan membaik seiring dengan membaiknya perekonomian nasional pasca wabah.

Secara garis besar, kinerja keuangan perusahaan perbankan tersebut membaik antara Januari 2021 hingga September 2021. Hal ini tercermin dari catatan laba bersih perusahaan.

BNI berhasil meraih laba Rp5 triliun pada 2020. Pada 2021, laba BNI akan meningkat menjadi Rp 9,5 triliun. Dengan tren perbankan dan investasi digital yang berkembang.

BBNI memiliki prospek jangka panjang yang baik karena Bank Negara Indonesia juga mengeluarkan produk melalui BNI Mobile Banking dan BNI Sekuritas selain status blue chip-nya.

Bersama dengan blue chips lainnya, BBNI merupakan investasi yang aman untuk dimiliki dalam jangka panjang.

6. INDF

Saham Indoffod terus berfluktuasi sepanjang tahun 2021. Namun, banyak investor tampaknya masih mempercayai perusahaan milik Grup Salim itu.

Pasalnya, merek Indofood merupakan salah satu yang terkuat di tanah air dan sulit kehilangan pangsa pasar. Bahkan, perusahaan dalam negeri Indonesia ini sudah memantapkan diri di kancah internasional.

Selama periode Januari 2021 hingga September 2021, INDF berhasil mencapai peningkatan laba bersih 60% year-on-year menjadi Rp 8 triliun.

Sementara itu, pendapatan INDF juga tumbuh dari Rp 58 triliun pada September 2020 menjadi Rp 72 triliun pada September 2021.

Kinerja INDF diharapkan tumbuh tahun ini. Sentimen positifnya adalah peningkatan penjualan mi instan dan agribisnis.

7. BBTN

Bank lain yang siap berbenah seiring meredanya pandemi di Indonesia adalah Bank BTN. Dalam laporan keuangan kuartal ketiga, bank mengatakan bahwa untuk seluruh periode Januari-September 2021, Bank BTN menghasilkan laba sebesar $ 1,5 triliun, sekitar 35 persen lebih tinggi dari tahun 2020.

Dengan membaiknya perekonomian Indonesia, diharapkan semakin banyak orang yang mau meminjam uang dari bank, dan bank juga akan dapat memetik hasil dari kredit yang terpaksa mereka hentikan selama pandemi.

8. UNVR

UNVR cocok untuk kepemilikan jangka panjang karena memiliki pangsa terbesar dari industri barang konsumsi di Indonesia dan memiliki fundamental yang tak tertandingi.

Meski harga saham turun tajam akibat pandemi Covid-19, prospek beberapa dekade ke depan masih bagus karena sudah memiliki 400 merek yang sudah dikenal masyarakat.

Kinerja PT Unilever Indonesia pada paruh kedua tahun 2021 tetap lemah. Penjualan bersih turun sekitar 7,5% year-on-year menjadi Rp 30 triliun, meskipun mampu mencapai rekor Rp 32 triliun pada periode yang sama tahun 2020.

Lemahnya penjualan UNVR juga menurunkan laba bersih perusahaan. Dari Januari 2021 hingga September 2021, laba bersih turun 19% menjadi Rp. 4 triliun. Maka tidak heran jika saham UNVR mengalami tren kontraksi yang kuat sepanjang tahun 2021.

Di satu sisi hal ini mungkin merupakan pertanda buruk bagi para trader, namun jika investor dapat memanfaatkan peluang tersebut, maka penurunan harga saham UNVR merupakan peluang yang baik untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.

Mengingat Unilever telah beroperasi di negara ini selama hampir satu abad dan telah berhasil melewati berbagai krisis mulai dari Depresi Hebat, krisis mata uang 1997-1998 hingga Resesi Hebat 2008.

9. ICBP

ICBP merupakan salah satu perusahaan FMCG yang berkinerja baik selama masa pandemi. Pada kuartal ketiga tahun 2020, perusahaan berhasil mencapai pendapatan $ 4,5 triliun.

Laba perusahaan telah berubah menjadi lebih baik di tengah penurunan jumlah korban pandemi, mencetak laba bersih sekitar $6,2 triliun antara Januari 2021 dan September 2021.

Tentunya dengan meningkatnya daya beli masyarakat setelah pandemi COVID-19 berakhir, diharapkan pendapatan perusahaan ini juga meningkat. .

Alasan merekomendasikan saham ICBP untuk waktu yang lama adalah, seperti perusahaan induknya, INDF adalah merek yang sangat kuat di Indonesia dengan pangsa pasar yang dominan.

Sehingga sulit membayangkan emiten lain mampu mengejar dominasinya dalam beberapa dekade mendatang.

10. ANTM

PT Aneka Tambang mencatatkan pertumbuhan dalam sembilan bulan tahun 2021. Emiten bernama Antam ini mencatatkan laba bersih Rp 26,4 triliun, meningkat 46,8% dari pendapatan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 18 triliun.

Peningkatan pendapatan juga turut mendongkrak laba bersih ANTM. Perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun.

Angka ini 100% lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2020. Seperti PTBA, pergerakan harga saham Antam juga diperkirakan akan berlanjut pada 2022 karena kondisi pasar komoditas internasional.

Related posts